Hidroponik – Pemahaman, Sejarah, Keunggulan, Kelemahan, Jenis, Penerapan & Media Tanam
Budidaya flora dengan menerapkan hidroponik kini semakin diminati oleh penduduk . Berbeda dengan sistem tanam konvensional, tata cara hidroponik dianggap lebih mudah tetapi tetap efektif. Beberapa pola tumbuhan yang ditanam melalui teknik ini yakni sayur-sayuran dan buah-buahan.
Nah, bagi yang ingin mengenal lebih jauh, mempelajari serta menerapkan acuan tanam ini, ada baiknya ikuti panduang dan tindakan menanam dengan prinsip hidroponik berikut ini.
Pengertian Hidroponik
Hidroponik yaitu budidaya menanam tanpa menggunakan media tanah, melainkan dengan cara memanfaatkan air. Satu hal yang sungguh ditekankan dalam hidroponik adalah pemenuhan keperluan nutrisi bagi flora. Teknik menanam hidroponik membutuhkan air lebih minim jikalau ketimbang teknik menanam di tanah pada umumnya.
Metode tanam hidroponik sangat sesuai diterapkan di area yang memiliki sedikit air. Akan namun, keperluan nutrisi flora menjadi sungguh penting biar perkembangan tumbuhan maksimal.
Nutrisi untuk tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik bisa berasal dari aneka macam sumber, contohnya dari kotoran ikan, kotoran bebek, pupuk kimia atau unsur buatan lainnya.
Hidroponik Menurut Para Ahli
Selain definisi biasa yang diterangkan sebelumnya, beberapa andal memiliki usulan tentang apa itu hidroponik, antara lain:
- Menurut Rosliani dan Sumarni (2005), hidroponik ialah tata cara penanaman tanaman tanpa memakai media tanam tanah dan memakai larutan nutrisi yang mengandung garam organik untuk menumbuhkan perakaran yang ideal.
- Menurut Soeseno (1988), hidroponik ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media menanam tumbuhan.
- Menurut Istiqomah (2007), hidroponik ialah cara budidaya tumbuhan memakai air yang telah dilarutkan dengan nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan sebagai media tumbuh tumbuhan pengganti tanah.
- Menurut Prihmantoro (2003), hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam tanpa menggunakan tanah. Media menanam digantikan dengan media tanam lain, seperti rockwool, arang sekam, zeolit, dan aneka macam media ringan dan steril lainnya. Hal pentik pada penerapan hidroponik ialah penggunaan air selaku pengganti tanah untuk menghantarkan larutan hara ke akar tumbuhan.
- Menurut Wulansari (2015), hidroponik yakni metode budidaya yang mengandalkan air atau bercocok tanam tanpa tanah. Pada dasarnya bertanam secara hidroponik memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan bertanam dengan media lainnya. Selain itu, teknik ini juga mampu dijalankan di lahan yang terbatas dan lebih ramah lingkungan.
Sejarah & Asal Hidroponik
Percobaan menanam tanpa media tanah yang pertama kali tercatat dalam sejarah terdapat pada buku karya Francis Bacon berjudul Sylvia Sylvarum atau A Natural History. Buku yang dirilis pada tahun 1627 ini pun menjadi dasar diadakannya penelitian lebih lanjut tentang cara menanam hidroponik di tahun-tahun berikutnya.
Pada tahun 1699, seorang naturalis dan geologis asal Inggris bernama John Woodward, mempublikasikan hasil menanam tanaman mint dengan teknik air. Woodward memperoleh bahwa tanaman akan berkembang lebih baik pada air yang kurang murni, ketimbang air sulingan.
Pada tahun 1842 atau nyaris 2 abad kemudian diandalkan ada 9 unsur penting untuk teknik menanam menggunakan air. Selanjutnya 2 ahli botani asal Jerman, Julius von Sachs dan Wilhelm Knop pada tahun 1859-1875 berhasil membuatkan teknik budidaya tumbuhan tanpa media tanah.
Metode ini pun menjadi riset tolok ukur dan teknik mengajar yang masih dipakai hingga sekarang. Pada masa ini, teknik tersebut dinamakan ‘solution culture’ atau budaya solusi.
Pada tahun 1930-an, seorang ahli botani menginvestigasi adanya beberapa wabah penyakit pada flora, sehingga dijalankan observasi terhadap keadaan media tanah. Dari observasi tersebut ditarik kesimpulan bahwa menanam dengan air akan mengurangi risiko wabah penyakit.
Pada tahun 1929, ahli flora dari Universitas California di Berkeley yang bernama William Frederick Gericke mulai mempromosikan teknik menanam solution culture guna kepentingan produksi pertanian. Awalnya dia memakai nama ‘aquaculture’ untuk sistem ini, tetapi lalu dia menyadari bahwa nama itu sudah digunakan untuk metode yang lain.
William Frederick Gericke membuat sensasi dengan hasil flora tomatnya setinggi 7,6 meter. Ia menanam tomat di halaman belakang rumahnya cuma dengan menggunakan air. Akhirnya pada tahun 1937, seorang psikolog bernama W. A. Setchell mengusulkan ungkapan hidroponik pada Gericke. Namun pada dikala itu Gericke berpikir bahwa teknik ini belum benar-benar siap untuk diaplikasikan.
Teknik Gericke mengakibatkan rasa ingin tahu dan penasaran, sehingga ia menerima undangan untuk memberi berita lanjutan perihal hidroponik. Gericke menolak permintaan melaksanakan observasi lebih lanjut di rumah kaca milik universitas, alasannya Gericke merasa pemerintah skeptis akan metode yang ia kembangkan.
Pada karenanya Gericke diberi fasilitas rumah beling dan waktu yang cukup untuk melaksanakan observasi lebih lanjut. Namun di ketika yang sama, Universitas California juga menugaskan 2 hebat lain, yaitu Hoagland dan Arnon untuk mengecek inovasi Gericke. Keduanya berpendapat bahwa teknik yang dilakukan Gericke tidak menenteng laba bagi tumbuhan. Pada balasannya, Gericke melepas jabatannya di universitas alasannya adalah perbedaan pendapat tersebut.
Perseteruan keduanya justru berdampak aktual, alasannya adalah Hoagland kesudahannya menemukan cara perlindungan nutrisi bagi tanaman yang dibudidayakan dengan cara hidroponik. Sehingga teknik permulaan milik Gericke dapat dikombinasikan dengan teknik Hoagland untuk menciptakan flora yang bermutu.
Kelebihan Teknik Hidroponik
Teknik hidroponik mempunyai banyak kelebihan, salah satunya ialah berkurangnya penggunaan air untuk pertanian. Contohnya, untuk menerima panen 1 kilogram tomat melalui penanaman pada media tanah, biasanya diperlukan air sekitar 400 liter. Sementara jikalau memakai teknik hidroponik, untuk menciptakan jumlah tomat yang serupa cuma membutuhkan air sekitar 70 liter.
Penghematan air pastinya sangat bagus untuk pemeliharan kondisi lingkungan di era depan. Selain itu, kawasan yang terbilang kering pada balasannya memiliki solusi untuk bisa memproduksi tumbuhan. Metode hidroponik memungkinkan lingkungan yang kekurangan air untuk mampu memproduksi sendiri materi kuliner dan tidak selalu bergantung dari pasokan tempat lain.
Berikut ini yakni kelebihan bercocok tanam dengan tata cara hidroponik, antara lain:
- Tidak memerlukan tanah
- Mampu memberi hasil yang lebih banyak
- Lebih steril dan bersih, baik proses maupun hasilnya
- Media tanam dapat digunakan sampai beberapa kali
- Tanaman tumbuh relatif lebih singkat
- Bebas dari hama atau flora pengganggu (gulma)
- Nutrisi tanaman dapat dikendalikan dengan lebih sederhana, sehingga lebih efektif dan efisien
- Polusi nutrisi kimia bagi lingkungan lebih rendah, bahkan tidak ada sama sekali
- Air akan terus bersikulasi dan bisa digunakan untuk keperluan lain, misalnya dijadikan akuarium
- Mudah dilakukan di rumah
Teknik penanaman hidroponik sangat sesuai dikerjakan di rumah, karena lebih bersih dan ramah lingkungan. Tanaman yang ditaruh di dalam ruangan tidak perlu menggunakan tanah, sehingga tidak akan ada tanah yang jatuh awut-awutan dan membuat kotor.
Khusus untuk bunga-bungaan, warna bunganya bahkan mampu diatur berdasarkan selera. Caranya yaitu dengan menertibkan tingkat keasaman dan kebasaan di dalam larutan nutrien yang diberikan untuk tumbuhan. Namun untuk melaksanakan teknik ini memerlukan keterampilan khusus.
Kekurangan Hidroponik
Perkembangan hidroponik di Indonesia diawali oleh hidroponik substrat, kemudian NTF (Nutrien Film Technique), serta aeroponik. Hidroponik substrak tidak sepenuhnya memakai air sebagai media, melainkan menggunakan media tanah bukan tanah yang mampu menyerap dan menyimpan nutrisi, air dan oksigen serta mampu menjadi media tumbuhnya akar.
Bahan-bahan dalam sistem substrat adalah arang sekam, pasir, batu, kerikil apung, cocopeat, rockwool, dan spons. Selain itu, sistem irigasi menerapkan irigasi tetes supaya kebutuhan unsur hara dari air tercukupi secara berkesinambungan.
Keuntungan sistem tanam hidroponik bukan tanpa cacat, sebab sistem ini juga memiliki kelemahan. Berikut ini yaitu kekurangan dari sistem hidroponik, antara lain:
- Modal Besar
Pembuatan sistem hidroponik pertama kali memerlukan modal lumayan banyak, utamanya kalau dilakukan dalam skala besar. Modal tersebut dipakai untuk membangun media tanam berupa instalasi yang terdiri dari pipa, selang, pompa akuarium dan sebagainya.
- Sulit Mencari Perlengkapan
Meski hidroponik mulai populer, tetapi bahan dan alat yang dibutuhkan condong sukar ditemukan. Tidak semua toko pertanian memasarkan alat dan bahan hidroponik. Umumnya, alat dan materi dijual oleh toko khusus hidroponik.
- Butuh Perhatian Ekstra
Diperlukan ketelitian dalam mempraktikan hidroponik. Petani mesti mampu mengontrol nutrisi serta tingkat pH secara terjadwal.
- Perlu Keterampilan
Selain teliti, petani harus mempunyai keterampilan dalam hal menanam, melaksanakan pembibitan, menyemai serta melaksanakan perawatan sesuai karakteristik flora.
Penerapan Teknik Hidroponik di Dunia
Salah satu contoh berhasil penerapan teknik hidroponik terdapat di Pulau Wake, tepatnya di suatu daerah berbatu yang terletak di lautan pasifik. Kawasan ini merupakan kawasan pengisian materi bakar bagi Pan American Airlines, maskapai penerbangan paling besar di Amerika pada masa kemudian.
Teknik hidroponik dipakai di Pulau Wake pada tahun 1930-an untuk menanam sayur-mayur bagi para penumpang pesawat. Di Pulau Wake, teknik hidroponik sangat diperlukan karena tidak ada tanah mencukupi di kawasan ini. Selain itu, ongkos untuk mengantarsayuran melalui udara juga sangat mahal.
Sementara itu, seorang tentara Amerika Serikat berjulukan Daniel I. Arnon yang mempunyai keahlian di bidang nutrisi tumbuhan memakai pengetahuannya untuk menanam di Pulau Ponape yang terletak di bab barat lautan pasifik. Arnon berhasil menanam dengan media kerikil kerikil dan air kaya nutrisi, alasannya di pulau tersebut tidak ada lahan yang bisa dijadikan untuk menanam.
Bahkan NASA pun melakukan observasi terhadap teknik hidroponik untuk kepentingan perjalanan ke luar angkasa. Di tahun 2007, pertanian di Willcox, Arizona yang bernama Eurofresh Farms, sudah sukses memasarkan lebih dari 200 juta pon tomat yang ditanam secara hidroponik. Tomat dari Eurofresh bebas pestisida, ditanam di wol mineral dengan pengairan tingkat tinggi.
Di tahun 2017, Kanada mempunyai lahan besar untuk penanaman hidroponik berskala besar. Khususnya untuk tomat, paprika, dan timun. Diperkirakan dengan kian berkembangnya teknogi, teknik hidroponik akan berkembang pesat ke depannya.
Jenis Teknik Hidroponik
Hidroponik berisikan beberapa macam cara atau kombinasi, adalah static solution culture, aeroponic, continuous flow solution culture, passive sub irrigation, flood and drain irrigation, run to waste, deep water culture, bioponic, dan bubbleponic.
Namun ada 2 teknik yang paling sering dipakai, yakni static solution culture dan aeroponic.
1. Static Solution Culture
Dalam bahasa Indonesia, teknik ini lebih dikenal dengan nama teknik apung dan tata cara sumbu. Teknik apung ialah cara menanam hidroponik dengan air statis atau tidak mengalir. Akar tumbuhan akan terus tercelup di dalam air dan diletakkan di dalam wadah yang berisi larutan nutrien.
Ukuran wadah yang dipakai berbeda-beda, tergantung dari ukuran tanaman dan penggunaan flora tersebut. Untuk skala kecil atau rumah tangga, mampu memakai wadah berbentukgelas, toples, bejana, ataupun kolam air.
Wadah yang dipakai mampu berwarna maupun bening. Wadah yang bening ditutup dengan alumunium foil, cat, plastik, atau material lain untuk menghindari sinar matahari sehingga lumut tidak berkembang.
Agar larutan nutrien mampu bersikulasi secara merata, maka mesti diberi oksigen. Alat yang digunakan untuk kebutuhan ini yaitu aerator berukuran kecil. Untuk budidaya skala besar, maka mampu memakai pompa bertenaga medium.
Sebenarnya menanam tanpa memakai aerator juga masih bisa dilaksanakan, namun kesannya larutan nutrien tidak akan terserap secara sempurna ke seluruh bagian tumbuhan. Air tidak tersikulasi dengan baik dan akar juga kurang menerima asupan oksigen. Tanaman masih berkembang, tetapi karenanya tidak sebaik jika dibandingkan dengan tanaman yang diberi aerator.
Larutan nutrien harus diganti secara terjadwal. Setiap kali larutan berkurang pada skala tertentu, larutan nutrien harus ditambah atau diganti.
2. Aeroponik
Metode tanam aeroponik tidak membutuhkan media apapun untuk menanam dan akarnya menggantung di udara. Namun akar flora harus dibasahi secara terpola dengan butiran-butiran larutan nutrien yang teksturnya sangat halus mirip kabut.
Teknik aeroponik sudah terbukti sukses dikerjakan budidaya komersial untuk buatan tomat, benih kentang, tanaman daun-daunan, dan perkecambahan biji.
Richard Stoner selaku penemu sudah mengkomersialkan sistem ini sejak tahun 1983. Sehingga semenjak saat itu, teknik aeroponik telah dipakai sebagai alternatif untuk menanam dengan sedikit air.
Kelebihan dari tata cara ini yaitu bisa digunakan untuk setiap jenis tanaman, asalkan melakukannya dengan tepat. Dengan aeroponik, tumbuhan juga menerima oksigen dan karbon dioksida pada seluruh bagian tanaman, mulai dari akar, batang, hingga daun. Sehingga dapat mempercepat kemajuan biomassa dan meminimalkan waktu perakaran.
Teknik aeroponik bisa mengurangi timbulnya penyakit tertentu pada tanaman. NASA juga menganggap teknik aeroponik lebih menguntungkan untuk perjalanan ke luar angkasa, dibandingkan teknik menanam hidroponik sederhana.
Teknik aeroponik hanya menyisihkan kabut cairan, sementara hidroponik membutuhkan air. NASA menganggap penanganan kabut di daerah tanpa gravitasi lebih gampang daripada penanganan air.
Kelebihan teknik aeroponik yang lain yakni tidak menghancurkan jaringan akar flora, sehingga sebuah tumbuhan mampu dipanen hingga beberapa kali. Hal ini telah terbukti berhasil pada kentang dan beberapa umbi-umbian.
Media Tanam Metode Hidroponik
Dalam sistem hidroponik, media tanam yang digunakan disebut selaku inert. Inert yakni media tanam yang tidak tersedia komponen hara di dalamnya. Media tanam inert umumnya digunakan sebagai penyangga tanaman supaya tumbuhan mampu tumbuh dan berdiri dengan baik. Sehingga tanaman terlihat lebih indah khususnya pada tanaman hias.
Beberapa contoh media tanam inert yakni pasir, batu, watu apung, spons, rockwool arang sekam, serbuk kayu atau serbu gergaji, sabut, bulu domba, sekam padi, kacang-kacangan, penggalan watu bata dan lain-lain.
Contoh Tanaman Hidroponik
Umumnya teknik hidroponik diterapkan pada tanaman buah maupun sayuran, antara lain:
1. Selada
Selada ialah sayuran rendah kalori tetapi kaya akan vitamin A, C dan K, serta mengandung mineral seperti zat besi, kalsium dan mahnesium yang penting bagi metabolisme tubuh.
Bagi yang ingin mempelajari teknik menanam secara hidroponik, selada mampu menjadi opsi alasannya adalah membutuhkan perawatan gampang dan lahan tanam yang tidak terlalu luas. Selain itu, masa panen selada juga relatif cepat, dalam hitungan minggu kita bisa memanen selada dan menikmati sayuran lewat cara tanam hidroponik.
2. Tomat
Tomat ialah sumber kuliner yang kaya vitamin A, C dan asam folat. Buah ini mengandung antioksidan tinggi sehingga dapat melindungi badan dari risiko diabetes, kanker dan penyakit jantung.
Jika ingin menanam tomat secara hidroponik, semestinya kerjakan di luar rungan. Sebab tomat ialah tumbuhan merambat yang membutuhkan penyangga supaya sesuai pertumbuhannya.
3. Mentimun
Kandungan yang dimiliki timun atau mentimun adalah zat besi, natrium, kalium, magnesium dan zonk. Selain itu, sayuran ini juga mengandung vitamin B, C adan asam folat sehingga efektif untuk menekan kolesterol dan memperlambat proses penuaan dini serta menjaga metabolisme tubuh biar berlangsung dengan baik.
Budidaya mentimun secara hidroponik dapat dikerjakan secara sederhana dan mudah. Kita tidak perlu wawasan tinggi perihal pertanian, alasannya cuma membutuhkan kecermatan dalam merawatnya.
4. Bawah Merah
Bawang merah ialah salah satu flora yang mampu ditanam seacra hidroponik. Kelebihan penanaman dengan etknik ini yakni kecepatan panen yang cuma memerlukan waktu 3 hingga 4 ahad.
Kandungan bawang merah seperti vitamin A, B, C dan K sangat bagus bagi kesehatan tulang. Selain itu, bawang merah juga membantuk menangkal kerusakan DNA dan kerusakan kulit akibat radikal bebas. Secara alami, bawang merah kerap digunakan untuk mengobati nanah virus flu dan pilek.
5. Kangkung
Kangkung yaitu tanaman merambat yang bisa berkembang di perairan atau tanah dengan keadaan basah. Namun kalau ingin menanam kangkung secara hidroponik, kita bisa memakai baskom. Hasil menanam kangkung dengan cara ini akan menciptakan sayuran lebih bermutu dibanding kangkung yang tumbuh di lingkungan liar.
6. Paprika
Paprika adalah sayuran yang tak cuma dipakai untuk memperbesar rasa kuliner maupun tambahan masakan. Sayuran ini juga mengandung senyawa Lycopene, vitamin C dan A, sehingga sangat bagus mencegah kanker, mempertahankan kesehatan mata, serta mengembangkan kekebalan tubuh.
Teknik budaya paprika nyaris sama dengan penanaman sayuran atau buah-buah secara hidroponik. Akan namun kita harus bisa melakukan perawatan sesuai karakteristik flora.
7. Bayam
Bayam ialah sayuran hijau yang kaya akan zat besi. Sayuran ini sungguh sehat dan mempunyai sifat antioksidan, kandungan vitamin serta mineral tinggi. Menanam bayam secara hidroponik dinilai lebih praktis dibanding menanamnya di lahan pertanian.
8. Strawberry
Salah satu buah yang mampu ditanam secara hidroponik yakni strawberry. Buah yang identik dengan warna merah ini kaya antioksidan dan vitamin C yang sangat bagus bagi daya imunitas. Selain itu, faedah strawberry yang lain yakni bisa menurunkan kolesterol dan tekanan darah tinggi.
Comments
Post a Comment