Eutrofikasi – Pemahaman, Balasan Dan Pencegahan


Menjaga keseimbangan ekosistem air wajib dilakukan semoga keberlangsungan makhluk hidup tetap terjamin. Kegiatan pengamanan lingkungan juga menghindarkan kawasan dari dampak gangguan, seperti eutrofikasi.





Jika kita pernah mendengar gosip mengenai matinya ribuan bahkan jutaan ikan secara mendadak, itu ialah salah satu pola dari pengaruh eutrofikasi.





Berikut yakni pemahaman, balasan, sejarah, pencegahan serta hal-hal berhubungan dengan eutrofikasi.






Pengertian Eutrofikasi





Eutrofikasi yakni salah satu masalah lingkungan hidup yang disebabkan oleh limbah fosfat (PO43-). Secara fundamental, definisinya ialah pencemaran air yang disebabkan karena hadirnya nutrisi yang berlebihan pada ekosistem air. Air dikatakan eutrofik bila konsentrasi total phosporus di dalamnya berada dalam rentang 35-100 ug/L.









Eutrofikasi adalah rangkaian proses alamiah, misalnya pada danau air tawar yang mengalami penuaan secara sedikit demi sedikit dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa. Proses air tawar sampai pada keadaan eutrofik memerlukan proses sampai ribuan tahun.





Namun tanpa disadari, proses alamiah ini dapat berjalan lebih singkat balasan acara insan modern. Sehingga, hitungan proses eutrofikasi akan terjadi cuma dalam beberapa dekade bahkan hanya bertahun-tahun saja.





Tak heran jikalau ketika ini eutrofikasi ialah persoalan yang hampir ada pada ribuan danau di seluruh dunia.





Akibat Eutrofikasi





Akibat keadaan eutrofik suatu kawasan air tawar akan memperbesar kesempatan alga serta tumbuhan air berskala mikro tumbuh lebih pesat (blooming). Pertumbuhan pesat tersebut terjadi alasannya adalah ketersediaan fostat yang berlebihan. Kondisi ini juga akan menimbulkan sejumlah hal lain, seperti:





  • Warna air yang menjadi kehijauan, berbau tidak sedap, hingga kekeruhan yang meningkat menjadi membuktikan adanya keadaan eutrofik.
  • Banyaknya enceng gondok di rawa dan danau-danau juga disebabkan alasannya adalah fostat yang berlebihan. Kualitas air di banyak ekosistem air pun menjadi menurun.
  • Ikan dan makhluk hidup air lainnya juga tidak dapat bertahan alasannya adalah konsentrasi oksigen terlarut rendah bahkan hingga batas nol.
  • Rantai kuliner akan terusik sebab bagian dalam rantai kuliner hilang sehingga memutus mata rantai di ekosistem air tawar.
  • Pertumbuhan alga secara pesat juga bisa menjadikan hilangnya nilai estetika, konservasi, reaksional, serta pariwisata. Tentu saja perlu ongkos sosial dan ekonomi yang tak sedikit untuk menangani masalah tersebut.




danau dan bebek




Sejarah Eutrofikasi





Masalah eutrofikasi di ekosistem air tawar gres disadari pada dekade awal masa ke-20. Saat itu, banyak alga tumbuh di danau-danau serta ekosistem air tawar lainnya. Masalah ini disinyalir disebabkan oleh akibat eksklusif dari aliran limbah domestik.





Hingga ketika ini belum dikenali secara niscaya bagian kimiawi sebenarnya yang berperan besar dalam munculnya eutrofikasi. Penelitian jangka panjang pada aneka macam danau kecil dan besar pun dijalankan. Berdasarkan hasil ilmiah, para peneliti menyimpulkan bahwa fosfor ialah unsur utama diantara nutrient tanaman dalam proses eutrofikasi.





Percobaan skala besar pernah dilakukan pada tahun 1968 di perairan Danau Erie di Amerika Serikat. Percobaan tersebut membuktikan bahwa bab danau yang hanya ditambahkan nitrogen dan karbon tidak mengalami fenomena algal bloom selama delapan tahun observasi.





Namun pada danau yang disertakan fosfor (dalam senyawa fostat), terbukti aktual mengalami algal bloom.





alga hijau




Perhatian saintis dan golongan penduduk pecinta lingkungan hidup pun semakin meningkat kepada problem ini. Terlebih sesudah menyadari bahwa fostat adalah penyebab eutrofikasi.





Hal ini menuntut penelusuran penyelesaian, yakni ada beberapa golongan yang cenderung memilih cara-cara penanggulangan melalui pengolahan limbah cair yang mengandung fostat. Misalnya pada detergen serta limbah insan.





Ada pula golongan yang secara tegas melarang keberadaan fosfor dalam detergen. Program miliaran dollar pun pernah dicanangkan lewat institusi St Lawrence Great Lakes Basin di Amerika Serikat. Program tersebut dilakukan untuk mengontrol keberadaan fostat dalam ekosistem air.





Kemudian lahirlah peraturan perundangan yang mengatur pembatasan fostat serta pembuangan limbah fostat rumah tangga dan pemukiman. Mengganti pemakaian fostat dalam detergen juga menjadi bab dari program tersebut.





Asal-Usul Fostat





Menurut Morse et al, sebanyak 10% fostat berasal dari proses alami di lingkungan air itu sendiri. Sedangkan 7% dari industri, 11% dari detergen, 17% dari pupuk pertanian, 23% berasal dari limbah manusia, serta yang terbesar dari limbah peternakan sekitar 32%.





pupuk nitrogen




Dari paparan tersebut dapat
disimpulkan bagaimana berbagai acara penduduk terbaru serta semakin besarnya
jumlah populasi manusia menjadi penyumbang paling besar lepasnya fosfor ke
lingkungan air.





Merujuk pada buku Phosporus Chemistry in Everyday Living, manusia memiliki andil besar selaku penyumbang limbah fostat. Jumlah fostat yang dikeluarkan manusia secara fisiologis seimbang dengan jumlah yang dikonsumsinya.





Pertanyaanya, berapa jumlah
fosfor yang dilepaskan oleh masyarakatbumi yang sekarang sudah meraih 6,3
miliar jiwa? Tentu saja jikalau dijumlah akan menghasilkan angka yang mengagumkan.
Ini belum termasuk fostat yang ada pada detergen.





Tanpa pengelolaan limbah domestik yang baik, tentu mampu dibayangkan bagaimana pengaruh eutrofikasi bagi lingkungan hidup, terutama pada ekosistem air. Sebenarnya hanya dengan kosentrasi 10 part per billion (ppb/sepersatu miliar bab) fosfor, blue-green algae telah mampu tumbuh.





Tak heran jika alga bloom dikala ini kian banyak di ekosistem air. Dalam waktu 24 jam saja, populasinya dapat berkembang 2 kali lipat dengan jumlah ketersediaan fosfor yang berlebihan akibat limbah fostat.





Pencegahan Eutrofikasi





Meskipun ialah sebuah proses alami, tetapi dibutuhkan tindakan pencegahan eutrofikasi. Tindakan ini dibutuhkan agar lingkungan tidak terpapar imbas makin buruk.





1. Menggunakan Pupuk Organik





Sosialisasi pemerintah serta komunitas pemerhati lingkungan gencar menyarankan para petani biar memakai pupuk organik. Kita tahu bahwa penggunaan pupuk organik lebih berguna untuk mengurangi hal-hal yang tidak dikehendaki. Namun pada umumnya penggunaan pupuk anorganik yang lebih dominan.





petani




Penggunaan pupuk organik dalam pertanian organik mirip kompos sungguh berfaedah dalam menghemat pencemaran air dan tanah. Pencemaran tersebut biasanya disebabkan oleh fosfat dan nitrat. Selain itu, pupuk organik juga bisa memulihkan kandungan mineral dalam tanah.





Jika penggunaan pupuk organik terus dikerjakan, struktur tanah dapat diperbaiki dan aerasi tanah pun akan wajar kembali.





2. Menggunakan Parasitoid





Penggunaan parasitoid untuk mengusir hama lebih kondusif bagi lingkungan. Populasi hama akan menurun tanpa meninggalkan residu pestisida di dalam tanah maupun tanaman. Pertanian organik semacam ini mulai dikembangkan di banyak sekali negara maju.





Parasitoid juga bisa menciptakan tumbuhan bernilai tinggi daripada penggunaan pestisida. Hasil tumbuhan pun lebih kondusif dan pantas untuk dikonsumsi. 





3. Jangan Gunakan Bahan Peledak dan Racun





Pemulihan danau dan sungai dari eutrofikasi mampu dimulai dari acara penangkapan ikan dengan tidak menggunakan racun maupun bahan peledak. Penggunaan kedua sistem ini kerap dilaksanakan oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab.





Penggunaan
racun maupun bahan peledak hanya membuat organisme di sungai akan mati alasannya
sungai yang terkontaminasi. Ikan yang sebetulnya belum patut tangkap pun ikut
terjaring alasannya adalah penggunaan bahan peledak atau racun.





4. Jangan Membuang Limbah ke Sungai





Pembuangan limbah secara sembarang pilih juga mampu merugikan ekosistem air sungai. Limbah yang dapat mencemari sungai mampu berasal dari rumah tangga dan limbah yang dibuang oleh pabrik. Pembuangan limbah ke danau atau sungai tentu akan menjadikan eutrofikasi.





5. Perencanaan AMDAL Secara Matang





Pembangunan industri yang berada di tempat sungai maupun tidak, sudah sebaiknya memiliki penyusunan rencana AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). AMDAL sangat dibutuhkan untuk mempertahankan ekosistem air maupun di sekitar pabrik agar tidak menimbulkan aneka macam persoalan yang tidak diinginkan.





saluran limbah




Demikian banyak sekali klarifikasi tentang eutrofikasi dan apa saja dampaknya bagi lingkungan. Semoga dengan postingan diatas dapat menambah wawasan dan kesadaran kita akan pentingnya mempertahankan lingkungan, termasuk ekosistem air tawar.


Comments

Popular posts from this blog

Sampah Organik – Pengertian, Jenis, Pengelolaan & Faedah

Mengatasi Batuk Asma Pada Ibu Hamil: Pengetahuan Dan Tips Untuk Mendukung Kesehatan Ibu Dan Janin

Hidroponik – Pemahaman, Sejarah, Keunggulan, Kelemahan, Jenis, Penerapan & Media Tanam